Kitab Qawa'id Arba' ini merupkana kelanjutan dari kitab Al-Utshul Ats-Tsalatsah dan merupakan mukaddimah kitab Tauhid. Kitab ini menjelaskan empat kaidah memahami hakikat kesyirikan yang terjadi pada zaman Rasulullah Muhammad ﷺ.
Dalam kitab ini syaikh mengawali dengan menulis,
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
"Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang."
Kemudian Beliau melanjutkannya dengan berdo'a dan mendo'akan para pembaca kitab ini.
أَسْأَلُ اللهَ الْكَرِيمَ رَبَّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ أَنْ يَتَوَلَّاكَ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ، وَأَنْ يَجْعَلَكَ مُبَارَكًا أَيْنَمَا كُنْتَ، وَأَنْ يَجْعَلَكَ مِمَّنْ إِذَا أُعْطِيَ شَكَرَ، وَإِذَا ابْتُلِيَ صَبَرَ، وَإِذَا أذَنبَ اسْتَغْفَرَ. فَإِنَّ هَؤُلاءِ الثَّلاثَ عُنْوَانُ السَّعَادَةِ
"Aku memohon kepada Allah yang Maha Mulisa, Rabb 'Arsy yang agung. Semoga Dia menjagamu di dunia dan di akhirat dan menjadikanmu diberkahi di manapun kau berada serta menjadikanmu termasuk golongan yang jika diberi bersyukur, jika diuji bersabar, dan jika berbuat dosa beristighfar, karena tiga hal ini merupakan tanda kebahagiaan.
اِعْلَمْ أَرْشَدَكَ اللهُ لِطَاعَتِهِ؛ أَنَّ الْحَنِيفِيَّةَ مِلَّةُ إِبْرَاهِيمَ: أَنْ تَعْبُدَ اللهَ وَحْدَهُ مُخْلِصًا لَهُ الدِّينَ، وَبِذَلِكَ أَمَرَ اللهُ جَمِيعَ النَّاسِ، وَخَلَقَهُم لَهَا؛ كَمَا قَالَ تَعَالَى: ﴿وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إلاَّ لِيَعْبُدُونِ﴾ [الذريات:56]
"Ketahuilah, semoga Allah membimbingmu agar bisa mentaati Allah, sesungguhnya Hanifiyah agama Ibraim adalah kamu menyembah Allah semata dengan mengikhlaskan niat seluruh agama untuk Allah, dengan itulah Allah memerintahkan seluruh manusia dan Allah menciptakan manusia untuk menyembah-Nya semata. Sebagaimana Allah berfirman,"Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku (QS. Adz-Dzariyat:56)."
Al-Hanifiyah dalam bahasa Arab bermakna kecondongan atau miring. Sebagian ulama mengatakan bahwa hanif bermakna miring, maksudnya adalah miring kepada tauhid dan jauh dari kesyirikan. Oleh sebab itu, Nabi Ibrahim 'Alaihisalam adalah orang yang keras terhadap kesyirikan, dan ia juga takut jatuh ke dalam kesyirikan.
اِنَّ اِبۡرٰهِيۡمَ كَانَ اُمَّةً قَانِتًا لِّلَّهِ حَنِيۡفًاؕ وَلَمۡ يَكُ مِنَ الۡمُشۡرِكِيۡنَۙ
Sungguh, Ibrahim adalah seorang imam (yang dapat dijadikan teladan), patuh kepada Allah dan ḥanīf. Dan dia bukanlah termasuk orang musyrik (yang mempersekutukan Allah) (An-Nahl:120)."
ثُمَّ اَوۡحَيۡنَاۤ اِلَيۡكَ اَنِ اتَّبِعۡ مِلَّةَ اِبۡرٰهِيۡمَ حَنِيۡفًا ؕ وَمَا كَانَ مِنَ الۡمُشۡرِكِيۡنَ
Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad), "Ikutilah agama Ibrahim yang lurus, dan dia bukanlah termasuk orang yang musyrik (An-Nahl:123)."
مَا كَانَ اِبۡرٰهِيۡمُ يَهُوۡدِيًّا وَّلَا نَصۡرَانِيًّا وَّ لٰكِنۡ كَانَ حَنِيۡفًا مُّسۡلِمًا ؕ وَمَا كَانَ مِنَ الۡمُشۡرِكِيۡنَ
Ibrahim bukanlah seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, tetapi dia adalah seorang yang lurus, muslim dan dia tidaklah termasuk orang-orang musyrik (Ali Imran: 67)."
Kemudian Syaikh berkata,
فَإِذَا عَرَفْتَ أَنَّ اللهَ خَلَقَكَ لِعِبَادَتِهِ؛ فَاعْلَمْ أَنَّ الْعِبَادَةَ لا تُسَمَّى عِبَادَةً إِلا مَعَ التَّوْحِيدِ
"Jika kamu telah mengetahui bahwa Allah menciptakanmu untuk beribadah kepada-Nya, maka ketauhilah bahwa ibadah tidaklah dikatakan sebagai ibadah kecuali disertai dengan tauhid."
كَمَا أَنَّ الصَّلاةَ لا تُسَمَّى صَلَاةً إِلا مَعَ الطَّهَارَةِ. فَإِذَا دَخَلَ الشِّرْكُ فِي الْعِبَادَةِ فَسَدَتْ؛ كَالْحَدَثِ إِذَا دَخَلَ فِي الطَّهَاَرِةِ. فَإِذَا عَرَفْتَ أَنَّ الشِّرْكَ إِذَا خَالَطَ الْعِبَادَةَ أَفْسَدَهَا، وَأَحْبَطَ الْعَمَلَ، وَصَارَ صَاحِبُهُ، مِنَ الْخَالِدِينَ فِي النَّارِ؛ عَرَفْتَ أَنَّ أَهَمَّ مَا عَلَيْكَ مَعْرِفَةُ ذَلِكَ؛ لَعَلَّ اللهَ أَنْ يُخَلِّصَكَ مِنْ هَذِهِ الشَّبَكَةِ، وَهِيَ الشِّرْكُ بِاللهِ
"Sebagaimana Salat, tidaklah dikatakan sebagai Salat kecuali jika disertai dengan bersuci. Oleh karena itulah, jika syirik mencampuri ibadah, maka rusaklah ibadah itu, sebagaimana hadas bila mencampuri kesucian. Jika kamu sudah mengetahui kalau syirik bercampur dengan ibadah, maka akan merusaknya, menyebabkan gugurnya semua amalan pelakunya dan menyebabkan pelakunya (syirik akbar) menjadi orang yang kekal di dalam neraka, tentukah kamu akan mengetahui bahwa perkara yang paling penting bagimu adalah mengetahui masalah kesyirikan ini, semoga dengannya Allah menyelamatkanmu dari jaring kesyirikan ini, yaitu kesyirikan kepada Allah.
الَّذِي قَالَ الله تَعَالَى فِيهِ
Yaitu yang telah Allah Firmankan tentangnya,
إِنَّ اللَّهَ لاَ يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَن يَشَاء
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang berada di bawah (syirik) itu, bagi siapa yang dikenedaki-Nya." (QS. An-Nisaa': 116).
وَذَلِكَ بِمَعْرِفَةِ أَرْبَعِ قَوَاعِدَ ذَكَرَهَا اللهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ
"Dan demikianlah perkara tauhid dan syirik itu dikenali dengan cara mengenali empat kaidah yang telah Allah ta'ala sebutkan di dalam kitab-Nya.