Pondasi Ahlusunnah (Part 1)
Syarah Ushulus Sunnah,
Pensyarah: Syaikh Walid bin Muhammad Nubaih
Syarah Ushulus Sunnah,
Pensyarah: Syaikh Walid bin Muhammad Nubaih
Abu 'Abdillah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal berkata,"Pondasi Ahlus Sunnah menurut kami adalah:
(1) Berpegang teguh pada jalan hidup para sahabat Rasulullah ﷺ , dan
(2) Berqudwah (mengambil teladan) pada mereka.
Sebagaimana firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى,
وَمَنْ يُّشَاقِقِ الرَّسُوْلَ مِنْۢ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدٰى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيْلِ الْمُؤْمِنِيْنَ نُوَلِّهٖ مَا تَوَلّٰى وَنُصْلِهٖ جَهَنَّمَۗ وَسَاۤءَتْ مَصِيْرًا ࣖ
Siapa yang menentang Rasul (Nabi Muhammad) setelah jelas kebenaran baginya dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan dalam kesesatannya dan akan Kami masukkan ke dalam (neraka) Jahanam. Itu seburuk-buruk tempat kembali. (An-Nisā' [4]:115)
Juga, sabda Nabi ﷺ,
Dan sabdanya pula dalam menjelaskan sifat-sifat golongan yang selamat:
Sesungguhnya Bani Israil telah berpecah-belah menjadi 72 agama. Dan sesungguhnya umatku akan berpecah-belah menjadi 73 agama. Mereka semua di dalam neraka, kecuali satu agama. Mereka bertanya:“Siapakah mereka, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab,“Siapa saja yang mengikutiku dan (mengikuti) sahabatku”. (Tirmidzi, no. 2565; Al Hakim, Ibnu Wadhdhah, dan lainnya; dari Abdullah bin’Amr. Dihasankan oleh Syaikh Salim Al Hilali di dalam Nash-hul Ummah, hlm. 24)
Ibu Mas'ud رَضِيَ ٱللَّٰهُ عَنْهُ berkata, "Barangsiapa di antara kamu ingin mengambil teladan maka hendaknya ia mengambil keteladanan dari para Sahabat Nabi ﷺ, sebab mereka adalah orang-orang yang hatinya baik, ilmunya mendalam, sedikit takalluf (memaksakan diri melebihi batas kemampuannya), memiliki petunjuk yang lurus, baik keadaannya. Mereka adalah suatu kaum yang Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى pilih untuk dijadikan sebagai Sahabat Nabi ﷺ. Maka dari itu, ketahuilah keutamaan mereka dan ikutilah jejak-jejak mereka, sebab mereka berada di atas petunjuk yang lurus."[Derajat riwayat ini, Laa ba'sa bihi, dikeluarkan oleh Ibnul Abdil Bar dalam kitabnya Jaami' Bayaanil 'ilmi, 1810].
Umar bin Abdul Aziz pernah berwasiat kepada sebagian pegawainya,"Aku berwasiat kepadamu agar senantiasa bertakwa kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dan berlaku sederhana dalam menjalankan perintah-Nya, mengikuti Sunnah (tuntunan) Rasulullah ﷺ, meninggalkan perkara-perkara baru dalam agama yang diada-adakan oleh orang-orang setelahnya, dan berhentilah pada batas-batas ajarannya. Dan ketahuilah, bahwa seseorang tidak berbuat bid'ah melainkan telah ada sebelumnya hal yang menunjukkan kebid'ahannya dan pelajaran buruk yang ditimbulkannya. Karena itu, kamu wajib berpegang teguh dengan as-Sunnah, sebab ia merupakan tameng dan pelindung (dari berbagai kesesatan dan kebinasaan) bagi dirimu dengan izin Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى. Dan ketahuilah, barangsiapa yang berjalan di atas Sunnah, maka sungguh ia telah mengetahui bahwa tindakan menyelisihinya adalah termasuk kesalahaan, kekeliruan, sikap berlebih-lebihan dan kedungungan. Maka generasi terdahulu dari umat ini (As-Salafus Sholeh) telah berhenti dan menahan diri mereka dengaan ilmu yang mapan (dari bid'ah-bid'ah) padahal mereka adalah orang-orang yang sangat sanggup membahas suatu masalah agama, akan tetapi mereka tidak membahasnya. [Shahih Sunan Abi Dawud (4612) dan lihat pula Takhrij Kitab Asy-Syarii'ah (atsar no:292)].
Imam Al-Barbahari berkata, "Dan ketahuilah -semoga Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى merahmatimu-, bahwa keislaman seorang hamba tidaklah sempurna hingga ia menjadi orang yang senantiasa berittiba (mengikuti petunjuk Nabi ﷺ), membenarkan dan berserah diri. Maka barangsiapa yang mengira bahwa masih ada suatu perkara Islam yang belum disampaikan oleh para Sahabat Muhammad ﷺ kepada kita, maka sungguh ia telah mendustakan mereka, dan hal itu cukup untuk dikatakan sebagai perpecahan dan tikaman terhadap bereka, dan dia adalah seorang mubtadi' (pelaku bid'ah) yang sesat dan telah mengada-ngadakan perkara baru dalam agama Islam." [Syarhus sunnah, hal. 70].
Ia juga berkata,"Wajib atas kamu mengikuti atsar-atsar (jejak Salafus Sholeh) dan orang-orang yang berpegang teguh dengan atsar. Bertanyalah pada mereka, duduk dan ambillah ilmu dari mereka. " (Syarhus Sunnah, hal.20).